Penulis : Ayah Edy (Edy Wiyono)
Tebal : 120
Penerbit: Grasindo
Baru hari ini aku sempat membaca buku ini. Sudah lama aku beli dan tersimpan di lemari buku. Dari beberapa buku yang aku beli, inilah buku ke 3 dari sekitar 5 buku yang menunggu siap untuk dibedah.
Baru sampai halaman 21 aku sangat-sangat terperangah. Isinya subhanallah bagus sekali, yang munhkin sebenarnya juga sudah menggelitik pikiranku sejak lama. Sepakat dengan pemikiran Ayah Edy.
Ternyata, sejarah Ayah Edy meluncurkan program Indonesia Strong from Home adalah dati pertemuan dan percakapannya dengan profesor sosiologi dan antropologi lulusan Amerika. Percakapan inilah yang membuat semangat Ayah Edy untuk segera bersikap dan bertindak.
Perilaku buruk pada anak bukan serta merta terjadi. Melainkan karena kebiasaan buruk orang tua yang terekam oleh anak. Anak adalah representasi orang tua. Buju ini efektif untuk orang tua dan guru mulai playgroup sampai menjelang lulus SMP.
Perilaku buruk yang dibahas dalam buku ini adalah :
1. Raja yang tak pernah salah
Contoh ilustrasi adalah ketika balita kita sedang belajar berjalan, kemudian trjatuh kena kursi atau benda lain, kita cendering sering memukul benda itu dan menganghap salah benda yang membuat jatuh anak kita. Setelah besar baru kita sadari, perilaku melawan orang tua diakibatkan kita mengajarkan untuk menyalahkan orang lain atau keadaan ketika si anak lalai. Sebaiknya kita mengatakan kepada anak kita untuk lebih berhati-hati ketika berjalan.
2. Berbohong kecil dan sering
Contoh ilustrasi adalah, ketika kita ingin berangkat kerja, biasanya kita memanfaatkan momen ketika anak sedang bermain atau mengajaknya berkeliling komplek perumahan dahulu baru pergi. Atau kita berbohong dengan mengatakan kita pergi ke depan sebentar, padahal pulangnya malam, atau mengatakan jika maennya susah nanti tidak kita ajak jalan-jalan, dst.
Inilah dia bohong kecil, setelah besar, akibatnya anak menganggap semua yang dibicarakan orang tuanya adalah bohong, sehinhga tidak menuruti perkataan kita.
Sebaiknya kita jujur, dengan mengatakan, kalau kita ke kantor, anak kita tidak boleh ikut, kalau jalan-jalana ke kebun binatang baru boleh ikut.
3. Banyak mengancam
Contoh ilustrasi kita melarang atau memberi perintah dengan cara berteriak, tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa menghentikan aktivitas,,,,dengan tambahan nanti papa/mama marah.
Sebaiknya kita tatap mata anak dengan memperlihatkan ekspresi kita tidak senang dengan tindakan yang kita lakukan. Dengan tidak perlu mengancam atau teriak, kita menjelaskan konsekuensi, misal jika tidak mau meminjamkan mainan ke adik, kalian berdua tidak bisa main. Tepati dengan tindakan nyata.
4. Bicara tidak tepat sasaran
Contoh ilustrasi kita menghardik anak dengan kata- kata,,,,"papa /mama tidak mau melihat kamu begitu/begini! Kita lupa menjelaskan secara rinci dengan baik, hal-hal atau tindakan apa saja yang kita inginkan. Akhirnya terserap oleh anak adalah hal-hal yang tidak disukai oleh orang tuanya. Akibatnya, anak terus mencoba sesuatu yang baru dan berbalik sengaja melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh orang tuanya. Tujuannya untuk membuat orang tua kesal.
Sebaiknya, ketika kita menegur anak terhadap perilaku yang tidak kita sukai, komunikasikan secara intensif hal atau perilaku yang kita inginkan atau butuhkan. Jangan lupa mengucapkan teima kasih atas usahanya untuk berubah.
5. Menekan pada hal-hal yang salah
Contoh ilustrasi, ketika kakak beradik ketika bermain selalu bertengkar, kita mengeluh dan marah. Namun jika akur kita mendiamkannya, tidak memperhatikan. Sehingga anak cenderung untuk bertengkar lagi untuk menarik perhatian.
Sebaiknya pujilah mereka ketika akur dan peluklah sebagai ungkapan senang dan sayang.
6. Merendahkan diri sendiri